Hari Kucing Sedunia: Biaya Perawatan Kucing

Hari Kucing Sedunia: Biaya Perawatan Kucing
Pussy adalah seekor kucing kampung betina biasa. Badannya kecil, tapi si empunya, Yasmina Anindyajati (29) sangat menyayanginya. Dia tak berpikir yang aneh-aneh soal kesehatan Pussy.

Tapi, suatu hari dia dibuat kaget lantaran dokter mendiagnosis ada kista dalam tubuh kucing kesayangannya itu. Pussy harus menjalani operasi dan rawat inap.

"Sedih, soalnya berisiko karena dia (Pussy) udah enggak muda lagi, kan," kata Yasmina kepada CNNIndonesia.com, Rabu (8/8).

Untungnya, Pussy selamat. Tapi untuk selamat, perempuan yang akrab disapa Yasmin ini kudu mengeluarkan kocek sebesar Rp3 juta. Itu adalah biaya yang diperlukan untuk USG, diagnosa, operasi, dan rawat inap si Pussy.

Konon, penyakit yang menimpa Pussy muncul akibat proses sterilisasi kucing yang tak juga dilakukan Yasmin.

"Itu bikin saya mikir, ya, emang steril jangan ditunda, jangan sampai sakit parah," kata dia.

Kebanyakan orang berpikir bahwa sterilisasi kucing cuma bertujuan untuk mencegah si kucing beranak. Padahal, tidak.

"Ada faktor kesehatan dan kesejahteraan juga sih, menurut saya," kata Yasmin.

Setelah disteril, seekor kucing, kata dia, bisanya mengalami perubahan sikap. Dari yang biasanya grasak-grusuk ke mana-mana, kucing biasanya lebih anteng setelah disteril.

Steril tak cuma berlaku pada kucing betina, tapi juga jantan. Biasanya saat birahi, seekor kucing jantan senang berkelana mencari "mangsa" kucing betina yang mau dikawini. Mereka bakal keluar dari teritorialnya, dan tidak menutup kemungkinan jika di luaran sana si kucing akan bertengkar dengan kucing jantan lain dan mengalami luka-luka.

"Kucing, kan, kalau beranak enggak bakal mikir 'aduh, anakku banyak, aku berhenti saja'. Sebagai pemelihara kucing seharusnya bisa berkontribusi dengan steril kucing-kucingnya aja dulu," kata Yasmin.

Steril hanyalah satu dari sederet instrumen biaya yang kudu dikeluarkan oleh para pemelihara kucing. Untuk satu proses sterilisasi diperlukan biaya sekitar Rp500.000 hingga Rp1 juta. Tentu di luar itu, banyak instrumen-instrumen lainnya yang membutuhkan biaya tak sedikit demi kesehatan dan kesejahteraan kucing peliharaan.

Selain biaya untuk steril yang sifatnya wajib, ada juga biaya makan kucing yang jumlahnya tak sedikit. Yasmin, yang memelihara enam ekor kucing, paling tidak kudu siap mengeluarkan duit Rp1,5 juta setiap bulannya. Itu pun hanya biaya makan dan pasir untuk kotoran kucing.

Untuk makan kucing, Yasmin menggunakan tiga jenis makanan sekaligus. Mulai dari makanan khusus kucing ras Persia, makanan renal (makanan diet lengkap untuk menjaga fungsi ginjal kucing), dan natural. "Itu juga pakai yang premium," kata perempuan asli Bandung ini.

Yasmin tak mau ambil risiko dengan memberikan asupan makan asal-asalan untuk kucing-kucingnya. Bukan karena manja, tapi makanan-makanan itu berdampak buruk pada kesehatan kucing, seperti diare hingga kematian.

Kucing pertama yang dipelihara Yasmin, misalnya, mati karena infeksi kantong kemih dan ginjal. "Kata dokter, kebanyakan konsumsi makanan asal-asalan," ujarnya.

Dua itu tadi baru merangkul biaya steril dan makan. Belum lagi berbagai jenis vaksin yang kudu diberikan pada kucing. 

Untuk paket lengkap, biasanya vaksin dibebani biaya sebesar Rp250.000 untuk satu kucing dalam setiap tahun. Ditambah lagi obat cacing dan obat kutu yang harus diberikan tiga bulan sekali. 

Lalu, ada juga instrumen memandikan kucing di petshop yang harganya sekitar Rp100.000-Rp150.000.

Dari sekian instrumen biaya yang harus dikeluarkan itu, jelas jumlahnya tak sedikit. "Menurut saya, sih, (biaya memelihara kucing) itu mahal," kata Yasmin.

Apa yang dialami Yasmin ini memberikan gambaran bahwa memelihara kucing bukan perkara mudah dan murah. Butuh niat dan komitmen khusus untuk memelihara kucing. "Kalau cuma sekadar lucu, nanti kalau kucing sakit terus buang, kucingnya udah tua terus buang, dikit-dikit buang," katanya.

Seorang yang ingin memelihara kucing, kata Yasmin, harus sadar kapasitasnya sendiri. Seseorang kudu mengukur kemampuannya secara finansial sebelum akhirnya memutuskan untuk memelihara kucing.

"Mampunya berapa kucing, nih," katanya. Jangan sampai, satu atau dua tahun, kucing peliharaan sudah mati lantaran tak terurus.

Kecintaan Yasmin pada kucing memang tak main-main. Sejak kecil dia sudah hobi bermain-main dengan kucing yang ditemuinya di jalan. Sampai saat duduk di bangku kuliah, Yasmin mulai memberanikan diri untuk memelihara kucing.

"Karena ngerasa udah punya duit jajan bulanan sih," katanya. Kini, total ada enam kucing yang dipeliharanya, baik itu kucing "elite" yang sengaja dibeli atau beberapa kucing lokal yang dipungutnya dari jalanan.

Kucing, bagi Yasmin, tak ubahnya sahabat. Jika diibaratkan, kucing bak suami dan kehidupan pribadinya yang selalu berlari-lari di pikirannya.

"Kucing-kucing sering saya ajak ngobrol. Sakit sedikit, langsung ke dokter. Yang udah tua, rutin checkup kesehatan. Bangkrut, sih, tapi enggak tahu ya, senang aja lihat mereka sehat," kata Yasmin.

Lebih baik mengeluarkan biaya mahal hari ini, daripada telat di kemudian hari. Sekiranya itu prinsip yang dipegang Yasmin dalam merawat kucing-kucingnya.

"Memelihara binatang, termasuk kucing, itu harus komitmen. Kalau enggak ada dana, jangan maksa pengin memelihara. Kalau mentok, ya nabung. Kesejahteraan hewan masih minim di sini," pungkas Yasmin. []

Post a Comment

0 Comments